iklan

Kamis, 31 Desember 2009 08.43

Olah Vokal Berakibat Fatal

Rabu, 23 Desember 2009 | 08:15 WIB
TEMPO Interaktif, Anak-anak itu bahkan belum beranjak remaja, masih di bawah 12 tahun. Mereka adu nyanyi di atas panggung di studio sebuah stasiun televisi swasta Jakarta. Sebelumnya, mereka dikarantina untuk dilatih olah vokal, koreografi, sampai tata busana. Ya, mereka ini adalah kontestan ajang pencarian penyanyi cilik Indonesia.

Satu penyanyi cilik itu adalah Adit. Ahad lalu, ia membawakan lagu Bukan Cinta Biasa-nya Afgan.
Penghayatan pembawaan lagu yang ditampilkan bocah asal Aceh ini dinilai baik oleh para juri.
Ia mendapat rapor bintang biru, yang artinya akan kembali tampil pada pekan depan.

Sementara itu, suara Olivia melengking bak rocker pro. Ia membawa lagu band Kotak yang berjudul
Beraksi. Para juri pun memuji Olivia setinggi langit. Pasalnya, ia mampu bernyanyi dengan nada tinggi. Sudah tentu performanya adalah magnet bagi penonton.
Tapi itu bukan tanpa masalah. Dalam kaitan dengan kesehatan, anak-anak yang

menyanyikan lagu orang dewasa, apalagi dengan nada tinggi, bisa terkena dampak kurang baik. Bukan cuma kesehatan fisik, tapi juga psikis. Apalagi di tengah tuntutan industri hiburan yang keja
r tayang.
Menurut Dr Sosialisman, SpTHT, berlatih vokal terlalu keras bisa mempengaruhi kesehatan pita suara pada anak yang melakukannya. Pita suara si anak diindikasi menjadi tebal, sehingga tidak bisa menutup sempurna. "Jadi bocor dan mengakibatkan suara serak," ujar spesialis telinga, hidung, tenggorokan Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta ini beberapa waktu lalu.
Diketahui bahwa mekanisme suara itu timbul akibat pita suara yang saling mendekat--yang diatur otot-otot intrinsik. Hal ini diikuti tekanan udara dari paru-paru ke atas untuk membuka celah yang tertutup di antara dua pita suara tenggorok, mulut, dan hidung (resonansi suara). Untuk menghasilkan suara keras, kualitas kerja pita suara dan otot-otot itu bakal lebih dari biasanya.
Spesialis THT Laboratorium Audiologi A. Kasoem, Cikini, Jakarta, Dr Siti Faisa Abiratno, SpTHT, MSc, menambahkan bahwa pita suara yang kerap mendekat satu sama lain dengan cara tidak benar bisa menimbulkan gesekan permukaan pita suara. Dari situlah terjadi penebalan permukaan pita suara, seperti nodule, bongkol, polip, atau tukak. "Tapi ini tidak menyebabkan kanker," ujar Faisa dalam kesempatan terpisah.
Namun Sosialisman menekankan, bongkol itu menjadi kronis jika selama berminggu-minggu tidak hilang. Dalam istilah medisnya disebut singer's nodules. Umumnya terjadi karena keletihan pita suara yang kronis. Pada beberapa kasus, menurut Sosialisman, bongkol itu mesti diangkat dengan tindakan operasi. "Sebelumnya, dilihat dulu dengan biopsi," katanya.
Kasus singer's node sendiri, menurut Faisa, biasanya menimpa mereka yang sering cas cis cus dalam kegiatan sehari-hari, seperti penyanyi, guru, dan pengkhotbah. Untuk itu, Faisa menganjurkan, dalam bernyanyi, sebaiknya pilih lagu yang sesuai dengan kemampuan tipe vokal, misalnya jenis vokal perempuan, yaitu dari nada rendah ke tinggi. Dengan urutan dari alto, mezosopran, kemudian sopran. Sedangkan pada laki-laki, dari bariton, bas, kemudian tenor.
Adapun kemampuan vokal setiap individu tergantung ukuran pita suara mereka. Tinggal bagaimana suara itu diolah dengan latihan yang sesuai. Apabila pada dasarnya mampu menghasilkan suara bernada tinggi, tidak usah kerja keras lagi untuk mencapainya. "Untuk itu, jangan dipaksakan bila kemampuan bersuara anak terbatas," tutur Faisa.
Bukan hanya soal pita suara. Menyanyikan lagu dewasa oleh anak-anak juga berdampak pada psikologis. Psikolog anak, Fabiola Priscilla Setiawan, MPsi, mengatakan menyanyikan lagu dewasa tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak. Anak bisa saja menyebut kata pacar, namun tidak memahami apa artinya. "Anak dipaksa untuk berpikir seperti orang dewasa," ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya, Jakarta, ini dalam kesempatan terpisah.
Fabiola menganjurkan, meski si anak berbakat bernyanyi, orang tua perlu memperhatikan bagaimana cara menyalurkan bakat itu. Misalnya, dengan menyanyikan lagu yang sesuai dengan usia si anak, sehingga mudah dihayati. Selain itu, jangan sampai anak tidak mendapat haknya untuk bebas bermain. Apalagi sampai tertekan karena tuntutan lingkungan kepadanya. "Cuma karena orang tua ingin anaknya menjadi bintang terkenal."

Perkembangan Suara

1. Sejak anak-anak, kualitas suara mengalami perkembangan maturitas suara.
2. Rentang suara dan timbre--warna suara--anak-anak berbeda dengan orang dewasa.
3. Anak laki-laki dan perempuan sebelum masa pubertas mempunyai rentang suara serta timbre yang serupa, baik ukuran maupun struktur pitanya.
4. Struktur laring (kotak suara) pada anak laki-laki lebih panjang.

Karakteristik Suara

1. Karakteristik suara secara individu digambarkan dalam bentuk pitch, intensitas, dan kualitas.
2. Pitch merupakan titi nada suara seseorang, yaitu tinggi, rendah, monoton, dan bagaimana polanya saat suaranya diulang.
3. Gangguan terjadi apabila penggunaan pitch tidak benar, tidak sesuai dengan usia maupun gender.
4. Kerasnya suara merupakan gambaran volume suara seseorang.

0 Comments On "Olah Vokal Berakibat Fatal"